Kini Negeri Tirai Bambu telah
bertransformasi dari negeri agraris terbesar menjadi negeri yang
memiliki kekuatan industri dan perdagangan yang sangat kuat. Perekonomian
China saat ini 20 kali lebih besar dari pada 20 tahun yang lalu dan
kini mulai mendekati kekuatan ekonomi Amerika Serikat yang merupakan
negara dengan perekonomian terkuat saat ini.
Tetapi
hal lain yang juga perlu menjadi perhatian disamping kekuatan
perekonomian yang luar biasa pesatnya adalah kenyataan bahwa pemerintah
China saat ini juga secara aktif tengah membangun kekuatan militer
mereka.
Sepuluh
tahun yang lalu, budget yang dialokasikan untuk Tentara Pembebasan
Rakyat China (People's Liberation Army) adalah sekitar 20 milyar dollar.
Dan saat ini, sejumlah analis memperkirakan budget kemiliteran tersebut
telah hampir mencapai 160 milyar dollar.
Presiden
China Hu Jin Tao menyatakan bahwa saat ini Tentara Pembebasan Rakyat
China tengah mengemban misi bersejarah baru diabad 21. Dari tugas
menjaga kedaulatan Negara China menjadi tentara berkekuatan global agar
dapat menjadi negara super power sejati.
Dalam
beberapa kejadian yang lalu kehadiran tentara China memang dapat
berjalan seiring dengan militer Amerika Serikat seperti pada saat China
bergabung dalam patroli anti bajak laut di laut Somalia.
Tetapi
sejumlah analis mengkhawatirkan jika suatu saat kedua kekuatan tersebut
bertemu di suatu kondisi dengan tujuan yang saling beseberangan. Maka
yang terjadi akan sangat riskan karena kedua negara tersebut sama-sama
memiliki teknologi militer yang terbaik dewasa ini.
Pejabat
pemerintahan Amerika Serikat tidak hanya menghawatirkan besarnya budget
militer China, tetapi juga adanya kenyataan bahwa militer China saat
ini memiliki kemampuan teknologi militer yang hampir setaraf dengan
Amerika Serikat.
Sebagai
contoh, selama ini Amerika berpendapat bahwa pesawat tempur F-22 dan
F-35 adalah pesawat-pesawat tempur generasi kelima yang hanya dimiliki
Amerika Serikat saja (kedua jenis pesawat ini adalah pesawat-pesawat
yang memiliki kemampuan anti terlacak radar, berkemampuan mesin dan
sistim kontrol penerbangan yang terhebat, serta memiliki sistem komputer
jaringan khusus). Tetapi, pada tahun 2011, saat menteri pertahanan
Amerika Serikat Robert Gates berkunjung ke China, Presiden China Hu Jin
Tao menyambutnya dengan menampilkan pertunjukan penerbangan pesawat
tempur J-20 di atas kota Cheng Du (Ini baru satu jenis pesawat anti
radar yang tidak dirahasiakan, bagaimana dengan yang lain?).
Yilong
China
juga kini aktif mengembangkan pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial
Vehicle). Contohnya pesawat Yilong I (Pterodactyl) dan BZK-005 yang
keduanya memiliki spesifikasi persis dengan Predator dan Global Hawk
milik militer Amerika Serikat. Sebelum kedua pesawat ini diperkenalkan,
China juga tercatat memiliki pesawat tanpa awak yang oleh pihak barat
dijuluki sebagai Dark Sword. Dark Sword ini pertama kali terdeteksi
pihak barat pada tahun 2006 yang lalu dan diperkirakan mampu melakukan
perjalanan tanpa awaknya jauh dari wilayah China. Dan untuk mendukung
kekuatan pesawat tempur mereka, musim panas yang lalu pemerintah China
telah mengumumkan pembangunan 11 pangkalan udara baru di sepanjang
pantai China.
Sebagai
tambahan, jika sebelumnya hanya Amerika Serikat yang memiliki kemampuan
untuk mengirimkan kapal induk yang penuh dengan pesawat siap tempur
kesetiap penjuru bumi, China kini diketahui telah membeli kapal induk
milik mantan Uni Soviet berukuran 65 ribu ton dengan memanfaatkan suatu
Travel Agen palsu sebagai perusahaan pembelinya. Kapal induk tersebut
diketahui kini telah dilengkapi dengan mesin dan persenjataan baru
termasuk dalam hal ini sejumlah rudal permukaan ke udara yang oleh pihak
barat dijuluki Flying Leopard (Singa Terbang) dan sistem pertahanan
udara otomatis. Kapal induk tersebut kini bernama Liao Ning mampu
mengangkut 50 unit pesawat jet tempur Shen Yang J-15 'Flying Shark' (Hiu
Terbang). Jet tempur ini berkemampuan sebanding dengan Jet Tempur
Amerika Serikat jenis F-18.
Dan
sebagai perkembangan teknologi untuk Angkatan Darat China, pemerintah
China kini juga telah memiliki sejumlah rudal jarak jauh yang berkode
DF-21D. Rudal ini dapat diluncurkan dari truk khusus, sehingga dapat
dimobilisasi dengan cepat. Pihak barat menjulukinya sebagai Carrier
Killer.
Disamping
itu, secara rahasia, China diketahui tengah menyiapkan sejumlah kapal
perusak anti deteksi radar yang masing-masing berukuran 8 ribu ton dan
sejumlah kapal selam nuklir serta sejumlah kapal peluncur kendaraan
amphibi.
Kabar
terbaru menyatakan bahwa China baru saja meluncurkan kapal penjelajah
baru berukuran 36 ribu ton bernama Bahai Sea Green Pearl yang mampu
mengangkut 2 ribu prajurit beserta 300 kendaraan tempurnya. Dalam hal
ini China menyatakan bahwa kini mereka siap mendukung misi keamanan PBB
meskipun pasukan mereka harus berada di pedalaman Afrika atau Amerika
Selatan.
Perlu
diketahui bahwa hingga saat ini, sistem informasi militer dan
pemerintahan Amerika Serikat 80% mengandalkan satelit dan GPS.
Sementara
itu, China diketahui tengah mengembangkan sejumlah satelit mikro yang
mampu bertindak sebagai pesawat 'kamikaze' sehingga mampu merontokkan
satelit manapun yang dipandang sebagai bahaya bagi China dengan cara
menabrakkan diri ke satelit lawan. Disamping itu di permukaan bumi pun
China tengah mengembangkan sejumlah senjata laser yang dapat melelehkan
satelit manapun yang dianggap sebagai musuh yang melintas di wilayah
udara China.
Kolonel
Senior Yao Yun Zhu dari Chinese Academy of Military Science menyatakan
bahwa kini Amerika Serikat bukanlah satu-satunya negara dengan kekuatan
super power di ruang angkasa. China tengah menyiapkan pengiriman lebih
dari 100 satelit militer dan sipil dalam dekade ini dengan menggunakan
pesawat ruang angkasa pengirim tanpa awak dan dapat dipakai ulang.
Pesawat ruang angkasa tersebut bernama Shen Long.
Dalam
hal perang 'Cyber', China juga mengembangkan suatu sistem yang disebut
sebagai Informationized Warfare (Peralatan Perang Sistem Informasi).
Jika Amerika Serikat memiliki Cyber Command, China kini tengah melatih
sejumlah 130.000 personil untuk perang sistem informasi.
X47B
Sementara
itu, minggu lalu, Angkatan Laut Amerika Serikat telah selesai
melaksanakan uji penempatan pesawat X-47B di kapal induk bertenaga
nuklir kelas Nimitz USS Harry S Truman. X-47B adalah pesawat jet tempur
tanpa awak (Unmanned Combat Air System / UCAS) buatan Northrop Grumman
Amerika Serikat.
Uji
coba ini dimulai tanggal 26 November 2012 yang lalu. Dalam uji coba
kali ini masih belum meliputi tes lepas landas dan mendarat di kapal
induk tersebut. Uji coba kali ini antara lain bertujuan melakukan
pengetesan tata cara pengangkutan dan penempatan pesawat khusus ini di
kapal induk, penarikan di geladak dengan traktor pemindah, pengarahan
posisi dengan kontrol operator menggunakan katrol, dan pengetesan sistem
digital mesinnya dalam area yang dipenuhi gelombang elektromagnet.
Kembali
ke pembahasan teknologi militer China dan Amerika Serikat, kedua negara
ini sama-sama memiliki persenjataan nuklir. Tetapi kedua belah pihak
diperkirakan tak akan menggunakan itu semua karena kedua belah pihak
sama-sama mengetahui bahwa penggunaan senjata nuklir adalah sama saja
dengan bunuh diri, mengingat efek senjata nuklir tidak hanya
menghancurkan lawan tetapi radiasinya juga dapat menghantam diri sendiri
dan pihak lain yang tidak terlibat.
Dan
hingga saat ini, tak satupun negara di dunia ini memiliki kesiapan
cukup untuk menghadapi perang nuklir. Walau pun semua negara pemilik
senjata nuklir juga telah membangun bunker-bunker tahan radiasi nuklir,
tak satu pun bunker-bunker tersebut terjamin 100% aman dari radiasi
radio aktif. Dan bunker-bunker tersebut juga tak akan mampu menampung
semua warga negara pemilik senjata-senjata nuklir tersebut.
Sehingga, justru yang menjadi kekhawatiran Amerika Serikat adalah persenjataan-persenjataan non nuklir pihak China.
Memang
saat ini Amerika Serikat dan China terikat dalam banyak kesepakatan
perdagangan dan investasi. Tetapi seperti di uraikan sebelumnya, akan
selalu ada kemungkinan kedua pihak ini dapat memiliki kepentingan yang
saling berseberangan, dan ini bersifat sangat riskan meskipun kedua
pemerintahan menyatakan bahwa perselisihan yang mungkin terjadi antar
dua negara akan menimbulkan efek merugikan yang sangat besar bagi kedua
belah pihak sehingga mereka akan selalu berusaha menghindari konfrontasi
langsung.
Mungkin
itu juga sebabnya saat sejumlah laporan intelijen menunjukkan bahwa
pesawat mata-mata Iran RQ-170 yang jatuh di perbatasan Iran baru-baru
ini ternyata dibuat dengan bekerjasama dengan sejumlah ilmuwan China,
pemerintah Amerika Serikat memilih untuk tidak banyak berkomentar.
Memang
dalam banyak hal Amerika Serikat perlu sangat berhati-hati dalam
menghadapi China. Karena, berbeda dengan Uni Soviet dulu yang merupakan
gabungan dari banyak negara-negara komunis yang 'terpaksa' bersatu dalam
Persatuan Soviet dan terdiri dari banyak ras suku bangsa sehingga
relatif mudah dipecah-belah. China sejak zaman dahulu adalah negeri
tunggal yang secara ras cukup homogen.
Selain
itu, di Amerika Serikat sendiri sejak zaman koboy sudah banyak
orang-orang keturunan China yang sulit dibedakan mana yang keturunan
China Sosialis dan mana yang Kapitalis. Berbeda dengan Negara China,
dimana keberadaan orang kulit putih sangat mudah di tandai
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar:
Post a Comment