Membandingkan kualitas hidup anggota TNI di pos ini dengan tentara Diraja Malaysia di seberang mereka. Beberapa prajurit dengan kompak menjawab, "Wah, jauh, Mas, bedanya." Hendra yang mengaku sudah dua kali bertugas di pos perbatasan,
Mengaku sering bertandang ke pos negara tetangga. Dia pun menceritakan seperti apa beda kedua pos yang sama-sama ada di perbatasan lintas-negara itu. Seperti bumi dan langit, sebut dia, bukan sekadar beda. Tentara Malaysia di pos perbatasan, ujar Hendra memulai gambarannya, berganti tugas jaga setiap empat pekan. "Kami, 9 bulan sekali," kata dia, yang itu pun tak terjamin tepat waktu. Dampaknya, ujar dia, pada efektivitas dan efisiensi tugas perbatasan. Di Pospamtas TNI, lanjut Hendra, hanya ada 14 personel, sementara di sisi Malaysia ada 21 personel.
Tak hanya tentara, kata dia, di pos Malaysia juga ada polisi, petugas imigrasi, maupun petugas bea cukai, yang memudahkan mereka berkoordinasi menangani persoalan di perbatasan. Lalu, logistik di pos Malaysia datang bersamaan pergantian giliran jaga. Kualitas logistik juga sesuai standar pemenuhan gizi tentara, minimal ada daging dan susu di dalamnya. Adapun di Pospamtas TNI, daging hanya bisa disantap bila mereka berburu atau mendapat sisihan hasil buruan masyarakat setempat. Menurut Hendra, peralatan di pos Malaysia juga laiknya kantor instansi pertahanan di kota besar. Bangunan permanen, bersih, punya akses jalan yang bagus.
Hanya kebersihan, yang menjadi hal sebanding di Pospamtas TNI. "Namun, apapun perbedaan kualitas hidup tentara yang ada sekarang, kami tetap berbeda jauh soal militansi. Kita ini tentara pejuang, Mas. Kita merebut sendiri kemerdekaan kita. Nah, kalau dia kan tentara bayaran. Malaysia kan negara persemakmuran Inggris," ujar Hendra gagah. Soal militansi dan ketangguhan ini, tegas Hendra, adalah hal yang tetap bisa membuat prajurit TNI berdiri tegap dan mengangkat kepala bila bertemu dengan prajurit Malaysia.
Tak terasa, malam sudah datang. Empat jam sudah kami menjadi "tamu tak diundang" yang mendapatkan sambutan ramah dan hangat di Pospamtas Desa Betaoh. Cerita dan "rasa" yang kami dapat dari sana, semoga bergaung hingga ke seluruh Indonesia, tak terkecuali Ibu Kota. kompas/
0 komentar:
Post a Comment